Selasa, 14 September 2021

Peran Budaya dalam Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia

 


KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

Peran Budaya dalam Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia

 

Konservasi adalah bentuk pemeliharaan dan perlindungan terhadap Sumber Daya Alam yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kelangkaan agar keseimbangan alam selalu terjaga.

Masyarakat sangat penting dalam upaya konservasi Sumber Daya Alam. Berikut contoh peran masyarakat dalam upaya konservasi:

1.      Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.

2.      Mencari solusi dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi masyarakat lokal dan kelestarian keanekaragaman hayati

3.      Mengadakan penghijauan dan reboisasi

4.      Menggunakan sumber daya alam secara bijak

5.      Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah

6.      Melakukan eksploitasi sumber daya alam secara tepat dan bijaksana

7.      Melakukan sistem pertanian secara multi kultur

Peran Budaya dalam konservasi adalah:

1.      Memakai batik

2.      Pameran budaya

3.      Lomba karya tulis

4.      Lomba tari

Kegiatan budaya tradisional di masyarakat masih dapat dijadikan sarana mempererat persatuan dan kesatuan. Budaya tradisional juga mampu menyelamatkan alam serta lingkungan dari kerusakan lebih parah.

Salah satu contoh budaya dalam har konservasi yaitu Budaya "Nyacar Lembur" Sunda. Keberlangsungan hidup dari setiap makhluk hidup di bumi bergantung pada cara kita sebagai manusia dalam menjaga kelestarian atau kehidupan dari berbagai jenis ciptaan Tuhan. Ada banyak cara dalam menjaga, melindungi setiap tumbuh-tumbuhan, binatang dan segala sumber daya alam lainnya. Dalam kehidupan ini, terdapat banyak perbedaan yang di bentuk dari berbagai budaya, norma, dan kepercayaan setiap individu atau kelompok masyarakat untuk menjadi pegangan atau dasar dalam menjalani setiap hal dalam hidup setiap individu.

Terdapat banyak sekali budaya dari kelompok masyarakat terutama di Indonesia untuk melestarikan alam dengan adanya isu-isu lingkungan yang beredar seperti global warming,pengikisan es di kutub utara dan sebagainya yang mengkhawatirkan kehidupan manusai serta keberadaan makhluk hidup lainnya sehingga menuntut setiap individu atau kelompok masyarakat yang sadar akan hal ini untuk melakukan sesuatu yang sekiranya dapat menjadi sebuah peringatan kepada kerabat atau masyarakat lain disekitar untuk sadar bahwa pentingnya pelestarian yang dimulai dari lingkungan guna menjaga alam ini agar tetap aman, nyaman untuk di huni dan dapat berkembang sebagai mana adanya.

Salah satu kebudayaan dari sekian banyak kebudayaan yang ada di Indonesia, telah menyelenggarakan sebuah pagelaran budaya yang bertujuan untuk mengajak, menyadarkan dan mengingatkan akan pentingnya pelestarian lingkungan di wilayah khususnya kabupaten Bandung yaitu pagelaran "Nyacar Lembur". pagelaran ini merupakan sebuah aksi yang berutujuan untuk menunjukkan ekspresi kelompok masyarakat Sunda, yang mana mereka masih sangat memegang teguh adat istiadat dari leluhurnya dalam melestarikan lingkungan yang di sampaikan dengan cara tradisional atau dapat disebut dengan media komunikasi tradisional yang adalah berupa sebuah pagelaran seni teater dan seni tari. Kedua pagelaran ini diselenggarakan di air terjun Batu Templek Kampung Lebak Cisanggarung Desa Cikadut Kabupaten Bandung.

Bentuk pagelaran yang ditampilkan adalah sebuah tarian yang dilakukan oleh 3 orang perempuan sebagai sebuah simbol sumber air, dimana para penari menggukana ornament dan kostum tarian yang dilengkapi dengan kelebat warna putih menggambarkan kesucian air, warna hitam menggambarkan tanah, dan warna merah menggambarkan udara sehingga "Nyacar Lembur" bertujuan untuk mengajak kita untuk menjaga tanah, air dan udara dimana tempat kita sebagai makhluk hidup tinggali.

Berkaitan dengan komunikasi lingkungan yang bertujuan untuk mengajak sekaligus mempersuasi masyarakat agar sadar, lebih peka, dan paham mengenai isu lingkungan yang sedang terjadi di sekitar lingkungan kita sendiri, begitu juga untuk menjadi sarana pragmatis dan konstitutif untuk memberikan pemahaman mengenai lingkungan kepada masyarakat. Dengan adanya begitu banyak budaya masyarakat di Indonesia, dan juga masyarakat sendiri yang cukup banyak masih memegang erat terhadap budaya leluhur tersebut.

Hal ini menjadi menarik dan memberikan kesempatan untuk mengajak kaum muda yang sering acuh tak acuh terhadap permasalahan lingkungan, sehingga kurangnya pemaham terhadap nilai-nilai kearifan lokal dan juga tentang pelestarian lingkungan akibat dari perkembangan jaman melalui teknologi yang cukup pesat dengan adannya telepon pintar mereka menggunakannya pada setiap saat sehingga dapat menyepelekan informasi - informasi tentang pelestarian lingkungan. Maka dapat terlihat keadaan di ibu kota atau kota-kota besar yang tidak mendukung terhadap kesehatan fisik penduduk atau penghuninya. Seharusnya kaum muda yang masih memiliki semangat, kekuatan, akal yang kreatif, dan juga keberanian dapat menjadi contoh bagi kaum-kaum dibawahnya ataupun diatasnya dalam hal pelestarian lingkungan untuk menjaga kehidupan dan keberlangsungan bumi ini.

Peran budaya untuk memberikan pemahaman mengenai pelestarian lingkungan karena isu-isu lingkungan yang beredar dan semakin menjadi-jadi pada saat ini, merupakan cara yang menarik untuk dilakukan karena pada dasarnya masyarakat akan memberikan respon yang baik mengenai hal-hal atau nilai-nilai yang berkaitan dengan budaya. Masyarakat indonesia sendiri masih percaya dan memegang teguh nilai-nilai budaya yang dimilikinya oleh sebab itu jika dikaitkan dengan adanya unsur budaya seringnya menjadi lebih efektif untuk mengajak masyarakat dalam menjaga, memelihara dan merawat lingkungan ataupun segala jenis potensi lingkungan dengan adanya nilai-nilai budaya tersebut masyarakat akan lebih patuh untuk mengikuti segala jenis upaya pelestarian lingkungan.

Seperti budaya "Nyacar Lembur" tersebut, yang di selenggarakan oleh komunitas pecinta lingkungan kota Bandung dengan ritual seni budaya dalam memelihara kelestarian lingkungan dalam bentuk pagelaran budaya. oleh sebab itu sebaiknya dalam menjaga pelestarian lingkungan kita, peran budaya dapat digunakan pada setiap daerah yang berada di Indonesia selain mengingatkan kembali tentang nilai-nilai kebudayaan masing-masing ada hal positif yang dapat tertanam dalam benak masyarakat bahwa kita perlu sadar bahwa bumi kita perlu di jaga, semua dapat berawal dari lingkungan kita sendiri dengan menjaga keadaan lingkungan, ikut serta melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan juga banyak hal positif lainnya. Tradisi "Nyacar Lembur" merupakan sebuah contoh yang baik sebagai salah satu budaya Indonesia untuk mengajak budaya lainnya agar turut serta membangun kesadaran masyarakat di setiap daerah untuk menjaga, merawat dan melindungi lingkungan masing-masing dimanapun kita berada.

Kamis, 09 September 2021

Pengertian Intelegensi dalam Belajar

 

PENGERTIAN INTELEGENSI DALAM BELAJAR

A.    Konsep Intelegensi/ Kecerdasan

Intelegensi adalah konsep, dan bukan kata yang menyatakan suatu subtansi, benda atau sesuatu kekuatan.

Pengertian inteligensi menurut para ahli

a.       Menurut Super dan Cites Inteligensi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman

b.      Menurut Garrett Inteligensi setidak-tidaknya mencangkup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.

c.       Menurut Bischof (Psikolog Amerika: 1954) Inteligensi is the ability to solve problems of all kinds.

d.      Menurut Edward Lee Thorendike (1913)

Seorang tokoh psikologi fungsionalisme yang hidup antara tahun 1874- 1949, mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan inteligensi adalah faktor internal yang mencangkup keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang siswa, untuk menyesuaikan diri pada pembelajaran secara cepat dan efektif.

Adanya perbedaan tingkat inteligensi antara satu dengan lain orang dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a.       Pembawaan. Pembawaan diwarnai oleh ciri-ciri dan sifat-sifat dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan seseorang, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu masalah, pertama-tama ditentukan oleh pembawaanya. Meskipun menerima latihan dan pendidikan yang sama, namun perbedaan-perbedaan masih tetap ada.

b.      Kematangan. Setiap organ manusia (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang apabila masing-masing telah sanggup menjalankan fungsinya dan tingkat kematangan ini erat hubungannya dengan umur seseorang.

c.       Pembentukan. Ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan sengaja : latihan dan pendidikan yang diperoleh dari sekolah. Pembentukan tidak sengaja : didapat dari pengaruh alam sekitar.

d.      Minat dan pembawaan yang khas. Dalam diri individu terdapat motif-motif yang mendorong manusia berinteraksi dengan dunia luar, menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbul minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih bain dan giat.

e.       Kebebasan. Kebebasan ini berati kebebasan manusia untuk memilih metode-metode untuk memecahkan masalah. Disamping bebas memilih metode, juga bebas memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi. Untuk meningkatkan inteligensi seorang anak, kita tidak dapat berpedoman pada satu factor diatas.semua faktor diatas bersangkut paut satu sama lain. Inteligensi adalah masalah total, karena itu keseluruhan pribadi seseorang ikut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi seseorang.

Dari uraian inteligensi di atas dapat ditarik kesimpulan untuk memperoleh kemampuan inteligensi terdapat banyak cara untuk mendapatkannya dan cara tersebut akan dimasukan ke dalam dirinya untuk mendapatkan kemampuan intelek yang tinggi.

 

B.     Klasifikasi IQ

Kecerdasan atau IQ (Intelegent Quotient) merupakan score/nilai yang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang berdasarkan perbandingan dengan sesamanya dalam satu populasi. Untuk mengetahui level atau tingkatan dimana kondisi IQ seseorang dapat dilihat dengan melakukan tes Psikotes dengan berbagai macam jenis tes yang tentunya dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki lisensi untuk mengetes. Tingkatan-tingkatan IQ seseorang dapat digolongkan pada tingkatan:

a.       70 – 79 : Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental

b.      80 – 90 : Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal)

c.       91 – 110 :   Tingkat IQ normal atau rata-rata

d.      111 – 120 : Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal)

e.       120 – 130 : Tingkat IQ superior

f.       131 : atau lebihTingkat IQ sangat superior atau jenius.

Pada anak-anak di Indonesia pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan pada tingkat normal atau rata-rata meskipun ada juga anak-anak yang berada pada tingkat kecerdasan superior atau jenius dan juga ada anak-anak pada tingkatan Dull Normal hingga keterbelakangan mental, tetapi untuk tingkat ini tidak melebihi dari jumlah anak yang memiliki kecerdasan normal atau rata-rata.

Pembahasan berfokus pada anak tingkat kecerdasan Superior, istilah kecerdasan Superior di dalam kamus Psikologi karangan J.P Chaplin, mendenfenisikan Superior sebagai satu tingkat kemampuan mental umum, yang dilampaui oleh 15% dari populasi. Pada skala Stanford Binnet, merupakan IQ yang ekuivalen dengan nilai 120 (1986 :494). Sementara itu, Sutratinah Tirtonegara (1982: 14), menyatakan bahwa anak anak superior memiliki arti anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi atau superior dalam bidang akademik dengan skor IQ pada tes intelegensi menunjukkan angka mulai dari 120 – 129.

Anak-anak yang memiliki kecerdasan superior tentunya memiliki karakteristik yang khas, kharakteristik ini merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang menunjukan perbedaan antara seseorang dengan orang yang lain. Menurut pendapat ahli, mereka mengemukakan bahwa anak-anak superior sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya. Walaupun pengecualian-pengecualian selalu ada; misalnya beberapa anak superior lambat dalam perkembangan motorik (Parker (1975:12)), Sedangkan menurut Vernon (1977:79) perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda dari ke­unggulan mental, namun anak-anak yang superior ini se­kurang-kurangnya normal dalam perkembangan fisik dan motorik.

Dapat kita jabarkan beberapa karakteristik dari anak superior;

a.       Pada aspek kemampuan berbicaranya, anak-anak superior bias berbicara diusia yang lebih dini dari pada anak-anak pada umumnya. Perbendaharaan kata-kata yang luas, cepat menggunakan kalimat-kalimat yang majemuk dan ketepatan dalam berbicara, minat terhadap kata-kata dan keinginan untuk bereksperimen dengan kata-kata (antara 1½ - 3 tahun)

b.      Memiliki ingatan yang baik. Mulai dua tahun sudah nampak sikap kerja, yaitu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ditentukan sendiri.

c.       Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh anak yang berkecerdasan superior sangatlah tinggi, sering sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan akan sesuatu yang baru diketahuinya. Hal ini memang akan sedikit merepotkan orang tuanya karena rasa ingin tahu selalu berimbang dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan. Pada umur 3½ tahun sudah ingin membaca dan sering dapat belajar sendiri dari buku-buku serta mempunyai daya imajinasi yang kuat.

d.      Untuk di Sekolah biasanya anak-anak yang memiliki kecerdasan superior ini sudah biasa menangkap pelajaran dan umumnya juga senang belajar terutama pelajaran-pelajaran yang menarik selain itu minat dan hobi mereka banyak.

e.       Karakteristik berikutnya, mereka senang merencanakan dan mengorganisir, cenderung menjadi pemimpin dalam bermain ataupun bekerja. Berhubung mereka lebih cepat dalam berfikir dan bahasa, sering mereka lebih senang bergaul dengan anak-anak yang lebih tua.

f.       Mereka lebih tidak bergantung (independent) dan tahu apa yang diinginkan, percaya pada diri sendiri. Kadang-kadang bisa keras hati, tidak mudah melepaskan pendapat mereka.

g.      Dalam hubungan dengan orang lain, mereka lebih mudah menjalin komunikasi meskipun orang tersebut baru dikenalnya, walaupun ada pula yang lebih suka menyendiri dan tidak mudah bergaul. Mereka peka terhadap perasaan-perasaan orang lain, dan dalam pemahaman diri (self-insight) mereka juga lebih maju. Adapun dibeberapa kondisi meraka kesulitan dalam hubungan dengan orang dewasa ini dapat terjadi dikarenakan anak-anak ini sangat kritis dan mengamati ketidak konsekuenan dalam perilaku orang dewasa. Mereka juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab oleh orang dewasa.

Secara khusus anak-anak yang memiliki kecerdasan superior memiliki cirri-ciri:

  • Memiliki intelegensi di atas normal, mulai dari 120 dan lebih
  • Makin tinggi IQ nya, semakin baik daya abstraksinya
  • Berpikir secara logis, kritis, rasional dan kreatif
  • Perkembangan mentalnya lebih cepat dari usianya
  • Mempunyai prestasi yang tinggi baik di sekolah, maupun di luar sekolah
  • Menunjukkan kemampuan khusus di atas rata – rata anak normal
  • Gemar membaca
  • Tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah. Perkembangan fisik, psiskis, dan bahasanya lebih pesat dari pada anak normal

Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah memiliki kecerdasan superior atau tidak dapat melalui dua hal:

  1. Identifikasi melalui studi kasus yaitu memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang anak yang di­perkirakan superior dari sumber-sumber yang ber­beda, misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Untuk itu dapat disusun suatu daftar pertanyaan/ kuesioner atau checklist untuk diisi masing-masing sumber. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan dan diserahkan pada suatu panitia seleksi atau pada kepala sekolah.
  2. Menggunakan tes

 

C.    Konsep Multiple Intelligence (kemajemukan intelegensi)

Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.

1.      Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).

2.      Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.

3.      Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.

4.      Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.

5.      Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.

6.      Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.

7.      Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

8.      Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.

Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.

 

D.    Usaha Guru Membantu Siswa dalam Belajar Sesuai dengan Potensinya

Menurut Sagala (2003:12), belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.

Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.Berikutinibeberapapendapatmengenaiperanan guru, yaitusebagai berikut :

Prey katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihata-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

Havighurts menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employe) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran , merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dari nilai dan sikap.

Selain itu, para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

·         Guru Sebagai Pendidik

·         Guru Sebagai Pengajar

·         Guru Sebagai Pembimbing

·         Guru Sebagai Pelatih

·         Guru Sebagai Penasehat

·         Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

·         Guru Sebagai Model dan Teladan

·         Guru Sebagai Peneliti

·         Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

·         Guru Sebagai Pembawa Cerita

·         Guru Sebagai Evaluator

·         Guru Sebagai Pengawet

 

Secara garis besar, peran guru dalam proses belajar mengajar yaitu guru berperan sebagai :

a.       Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Wina Sanjaya, yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

b.      Guru sebagai Manajer (Pengelola Kelas)

Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar siswa.

 

c.       Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajaryang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan prosesbelajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun suratkabar.

d.      Guru sebagai Evaluator

Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta keefektifan metode mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

e.       Guru sebagai Motivator

Guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pada hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mental seseorang. Dengan demikian apabila peserta didik belum siap (secara mental) menerima pelajaran yang akan disampaikan, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan tersebut akan berjalan dengan sia-sia dan tanpa makna. Maka dari itu guru harus memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dalam belajar untuk menggapai cita-cita.




THANK YOU

Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas

  Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Rogers adalah : 1.       Fakto...