Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Rogers adalah
:
1.
Faktor
internal individu
Faktor
internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi
kreativitas, diantaranya :
a.
Keterbukaan
terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dari dlam individu.
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber
informasi dari pengalamn hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada
usaha defenser, tanpa kekakuan terhadap pengalamn-pengalaman tersebut. Dengan
demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
b.
Evaluasi
internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari
orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan
dan kritikan dari orang lain.
c.
Kemampuan
untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk,
konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2. Faktor eksternal
(lingkungan)
Faktor
eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah
lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi
lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan
kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu
memberikan kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang
dimiliki anggota masyarakat.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut
Hurlock (1993) adalah :
a.
Jenis
kelamin
Tingkat kreatifitas laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk
lebih mengambil resiko dan di dorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih
menunjukan inisiatif dan orisinilitas.
b.
Status
sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih
kreatif dari pada anak kelompok yang sosioekonomi rendah. Lingkungan anak
kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.
Urutan
kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukan tingkat kreativitas
yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.
Anak yang lahir di tengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki
kreativitas yang lebih tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir
pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, tekanan
ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut dari pada anak
pencipta.
d.
Ukuran
keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih
kreatif dari pada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik
anak yang otoriter dan kondisi sosio ekonomi kurang menguntungkan mungki lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.
Lingkungan
Anak yang tinggal di lingkungan kota cenderung lebih kreatif
daripada anak yang tinggal di lingkungan desa. Dikarenakan fasilitas yang ada
di kota lebih memadai atau menunjang daripada di desa.
f.
Intelegensi
Setiap Anak yang lebih pandai menunjukan kreativitas yang lebih
besar dari pada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan
baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konlik tersebut.
Dalam konteks
relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan
istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
Ø Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak.
Ø Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya
tanpa mengalami hambatan.
Ø Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga
pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari
keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
Ø Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai
tertentu kepada anak.
Ø Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki
anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Dedi Supriadi
(1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing
perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :
1.
Menciptakan
rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya.
2.
Mengakui
dan menhargai gagasan-gagasan anak.
3.
Menjadi
pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.
4.
Membantu
anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah
menghukumnya.
5.
Memberikan
peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya.
6.
Memberikan
informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia.
Widada (1994) dalam Akhmad Sudrajat(2009) mengemukakan bahwa untuk
meningkat aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran,
pendidik dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut:
v Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self
esteem(kesadaran akan harga diri siswa) siswa.
v Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain
storming, inquiry, dan role playing.
v Value clarification an moral development approach; mengembangkan
segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization,termasuk dalam hal
etika dan moral.
v Multipletalent approach; pengembangan seluruh potensi siswa untuk
membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
v Inquiry approach; guru memberiksn kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta
meningkatkan potensi ilmiahnya.
v Pictorial riddle approach; mengembangkan metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
v Synetics approach; lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa
untuk membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
Dari:
Mudjiran, Dkk. 2007. Perkembangan
Peserta Didik. Buku Ajar. Padang: UNP
Munandar, Utami. 1992. Mengambangkan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar