Senin, 15 Mei 2023

Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas

 Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Rogers adalah :

1.      Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

a.       Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dari dlam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalamn hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defenser, tanpa kekakuan terhadap pengalamn-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.

b.      Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.

c.       Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

 

2.   Faktor eksternal (lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberikan kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat.

 

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Hurlock (1993) adalah :

a.       Jenis kelamin

Tingkat kreatifitas laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan di dorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukan inisiatif dan orisinilitas.

b.      Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari pada anak kelompok yang sosioekonomi rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

c.       Urutan kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang lebih tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut dari pada anak pencipta.

d.      Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif dari pada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosio ekonomi kurang menguntungkan mungki lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

e.       Lingkungan

Anak yang tinggal di lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak yang tinggal di lingkungan desa. Dikarenakan fasilitas yang ada di kota lebih memadai atau menunjang daripada di desa.

f.       Intelegensi

Setiap Anak yang lebih pandai menunjukan kreativitas yang lebih besar dari pada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konlik tersebut.

 2.      Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran

Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

Ø  Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak.

Ø  Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan.

Ø  Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.

Ø  Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.

Ø  Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.

 

Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :

1.      Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya.

2.      Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak.

3.      Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.

4.      Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah menghukumnya.

5.      Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya.

6.      Memberikan informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia.

Widada (1994) dalam Akhmad Sudrajat(2009) mengemukakan bahwa untuk meningkat aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, pendidik dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut:

v  Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem(kesadaran akan harga diri siswa) siswa.

v  Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan role playing.

v  Value clarification an moral development approach; mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization,termasuk dalam hal etika dan moral.

v  Multipletalent approach; pengembangan seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.

v  Inquiry approach; guru memberiksn kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi ilmiahnya.

v  Pictorial riddle approach; mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

v  Synetics approach; lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.

Dari:

Mudjiran, Dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Buku Ajar. Padang: UNP

Munandar, Utami. 1992. Mengambangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.


Tahap-Tahap Berkembangnya Kreativitas

 Tahap-Tahap Berkembangnya Kreativitas

Kerja kreatif meminta menggunakan dan menyeimbangkan tiga kemampuan -sintetik, analisis dan praktikal- yang semuanya bisa dikembangkan. Kemampuan sintetik mampu membangkitkan ide baru dan menarik. Seringkali seorang kreatif memiliki partikel berpikir sintetik yang bagus menghubungkan antara sesuatu dengan hal lain dengan spontan. Tipikal kemampuan analisis mempertimbangkan berpikir kritik, keterampilan analisis dan ide evaluasi. Setiap orang kreatif memiliki ide menganalisis peristiwa baik dan buruk. Kemampuan mengembangkan analisis pikirannya memungkinkan mengejar ide jelek menjadi bagus. Menggunakan kemampuan analisis mengeluarkan implikasi ide kreatif dan test. Kemampuan praktikal ialah kemampuan menerjemahkan teori ke praktek dan ide-ide abstrak kepada kecakapan praktikal. Implikasi dari penanaman teori kreatif ialah memiliki ide yang sangat bagus tetapi mereka tidak bisa menjualnya. Orang kreatif menggunakan kemampuannya meyakinkan orang lain bahwa idenya bisa diterapkan.

Dalam proses berlangsungnya kreativitas, maka menurut Graham Wallas menjelaskan beberapa tahap sebagai berikut;

1.      Tahap pertama, yaitu tahap persiapan (preparation). Pada tahap ini ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan. Namun biasanya ide itu berlangsung dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir.

2.      Tahap kedua, yaitu Inkubasi (incubation). Dalam pengembangan kreativitas, pada tahap ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang timbul. Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk memudahkan “perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide.

3.      Tahap tiga, yaitu iluminasi (illumination). Pada tahap ini terjadi komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan bagi penemu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.

4.      Tahap empat, verfikasi (verification). Perbaikan dari perwujudan hasil tanggung jawab terhadap hasil menjadi tahap akhir dari proses ini. Dimensi dari perwujudan  karya kreatif dari proses ini. Dimensi dari perwujudan karya kreatif untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas setelah perbaikan dan penyempurnaan terhadap karyanya itu berlangsung. (Conny R. Semiawan, 1998).


Dikutip dari:

Semiawan, Conny R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Kreativitas Individu Kreatif atau Ciri-ciri Peserta Didik Kreatif

 

Kreativitas Individu Kreatif atau Ciri-ciri Peserta Didik Kreatif

Individu yang memiliki potensi kreativitas tinggi menunjukkan sikap dan perilaku yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Kekhasan perilaku kreatif digambarkan oleh beberapa ahli berikut ini. Menurut Rogers (dalam Mudjiran, 2007: 67) ada tiga kondisi dari pribadi kreatif.

1.)    Keterbukaan terhadap pengalaman.

2.)    Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).

3.)    Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep.

Para ahli seperti Torrance dan Dembo; Munandar; Semiawan, Cohen, Siegelman yang dikutip dalam Mudjiran mengemukakan beberapa ciri orang kreatif antara lain berikut ini.

1.      Suka humor, tidak kaku dan tidak tegang dalam bekerja.

2.      Suka pada pekerjaan yang menantang.

3.      Cukup kuat memusatkan perhatian.

4.      Suka mengemukakan ide-ide baru dan bersifat imajinatif.

5.      Lebih sensitif terhadap keadaan orang lain.

6.      Tidak banyak terikat pada kelompoknya.

7.      Mampu memunculkan ide-ide yang aneh.

8.      Terbuka terhadap ide/penemuan baru.

9.      Fleksibel/tidak kaku.

10.  Memiliki konsep diri positif.

Menurut Munandar (dalam Mudjiran, 2007: 67) perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), tetapi juga memerlukan adanya sikap kreatif (afektif), pada saat sikap kreatif dioperasionalkan.

Bedasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik orang kreatif menurut kelompok, yaitu individu yang memilki ciri-ciri kemampuan untuk bereksperimen, memiliki konsep diri positif, imajinatif, dan sensitif terhadap orang lain dalam mengemukakan ide-ide yang baru terhadap ide-ide dan konsep-konsep pekerjaan yang menantang.


Pengertian Kreativitas

Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas

Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas

  Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Kreativitas Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Rogers adalah : 1.       Fakto...